Oleh: Pdt. Theopilus Maupa', S.Th
I Korintus 13:11, Ibrani 5: 12-6:1
• Tahap-tahap pertumbuhan rohani ini untuk mengalami Allah secara baru
• Bukan untuk mengukur kelayakan seseorang
• Setiap tahap ada keunikan untuk bertumbuh
• Keragaman pertumbuhan bukan menunjukkan ketidakdewasaan atau ketidakrohanian melainkan menunjukkan kebutuhan yang berbeda bagi setiap orang dalam perjalanan kehidupan rohaninya
• Banyak gereja tidak terbuka dalam hal doktrin, takut bagi jemaat yang pertumbuhan rohaninya masih kanak-kanak menjadi tersandung. Padahal itulah kebutuhan jemaat.
• Gereja harus menyadari apa yang perlu bagi jemaat di setiap tahap pertumbuhan rohaninya
Tahap Pertama: Usia 2-7 tahun
• Tahap penanaman benih kepercayaan, semangat, harapan dan kasih
• Apa yang diajarkan diterima begitu saja, sehingga mudah dieksploitasi, dimanipulasi dan diindroktinasi.
• Seperti usianya, dalam memberikan pengajaran dengan cara ditakut-takuti.
Tahap Kedua: Usia 8-16 tahun
• Menerima pengajaran iman, moralitas dan sikap secara literal
• Makna rohani tidak dikenal atau dimengerti
• Sangat legalistik, perfeksionis dalam mentaati hukum, kaku seperti orang farisi (Matius 9:17)
• Memahami Allah seperti yang digambarkan dalam mitos, karena sangat literal dalam memahami kitab suci
• Perlu penanganan yang bijak
Tahap Ketiga: Usia 17-24 tahun
• Otoritas eksternal: Ada faktor luar yang mengendalikan dirinya seperti kebiasaan, tradisi, dan orang lain atau organisasi
• Tidak menguji pengajaran tetapi hanya mentaatinya
• Pengajaran yang diterima dipertahankan dan dibela secara fanatik , tetapi tidak menganalisisnya
• Simbol dan upacara sama dengan iman kepada Allah
• Merobek Alkitab sama dengan menghujat dan menghina Allah
• Tidak ibadah atau tidak ikut pengajaran = tidak taat
• Tahap ini adalah zona nyaman, seperti ikan dalam air (Yeremia 48:11-12)
• Mulai berhenti dalam pertumbuhan iman
• Melakukan apa yang gereja minta
• Membutuhkan dukungan, persekutuan, keamanan, keyakinan
• Menyembunyikan pertanyaan-pertanyaan soal iman dan pengajaran
• Selama ibadah menyenangkan dan membangun, mereka tidak mempertanyakan penggunaan kata-kata dan metode yang asing dalam upacara
• Perubahan dan pertanyaan bagi mereka adalah penyangkalan iman Kristen dan perlawanan kepada Allah
• Identitasnya berdasarkan satu aspek pikiran atau satu pandangan teologia. Yang berbeda adalah jenis Kristen lain
• Mencari simbol-simbol kehadiran Allah berupa mujisat, karunia, emosi, upacara, kesuksesan, dan menjadi putus asa ketika tidak mendapatkan simbol tersebut. Karena simbol = Allah
Tahap Keempat: Usia 25-34 tahun
• Dia bagaikan ikan yang keluar dari air. Meninggalkan rumah secara fisik dan emosional
• Perpindahan ini menyakitkan, menakutkan dan tanpa arah
• Dia menjadi asing dan ancaman bagi keluarga dan teman yang tidak mau berubah
• Otoritas menjadi internal, dia bukan orang yang sedang memainkan perannya sebagai gembala, bapak, pengusaha, dan lainnya.
• Dia tidak membiarkan otoritasnya ditentukan orang lain
• Dia mengecewakan banyak orang , beresiko kegagalan, menentang norma-norma masyarakat
• Dia mulai memikirkan secara kritis sistem nilai dan makna. Tidak menerima pengajaran begitu saja
• Radikal dalam mengkritik yaitu demitologisasi dan deobjektivikasi
• Dia menjadi nihilistik dan tidak percaya segala sesuatu
• Setiap orang dan segala sesuatu dikritik, dipertanyakan dan dianggap salah, contoh: pemimpin menjaga jarak adalah sombong, rendah hati adalah tidak punya harga diri, biasa-biasa saja adalah tidak punya pendirian.
• Makna simbol terpisah dari simbol itu sendiri, contohnya: tidak harus orang yang mengenakan jubah pendeta atau makan roti perjamuan adalah orang suci dan rohani.
• Orang seperti ini perlu dirangkul, karena sedang dalam pencarian lebih dalam lagi mengalami Allah
Tahap Kelima: Usia 35-40 tahun
• Mulai sadar kehidupan adalah kompleks
• Sadar bahwa pengetahuan manusia terbatas
• Melihat segala sesuatu dari berbagai perspektif
• Melihat banyak kebenaran di luar sana
• Sadar bahwa semua jawaban tidak dapat ditemukan
• Ada banyak misteri dalam kehidupan ini
• Simbol, cerita dan gambar tidak sekedar diterima secara literal, tetapi ditafsir, dikaji dan dibaharui
• Demitologisasi ditempatkan pada tempat yang sepatutnya
• Terbuka pada hal-hal yang baru
• Menjalin hubungan secara baru, menerima semua orang dan golongan secara empati
• Pluralistik, tidak kaku (Matius 9:17)
• Tetap memiliki/berpegang pada keyakinannya
Tahap Keenam: Usia 41 tahun keatas
• Semua orang dilihat sebagai wajah Tuhan
• Dia begitu mengasihi dunia ini, tetapi juga siap kehilangan semua yang ia miliki dalam dunia ini
• Banyak orang ingin sepertinya tetapi tidak dapat mengerjakan
• Banyak orang pun tidak suka dengan orang ini, khususnya keluarganya
1 komentar:
mantap !!! i like it !!!
Posting Komentar